27 Jan 2010

KSAD: Skenario Perang Modern Harus Diantisipasi

Salah satu ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia saat ini adalah masuknya skenario perang modern yang harus diantisipasi tidak saja oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) tapi juga oleh seluruh bangsa Indonesia, kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Ryamizard Ryacudu di Jakarta Kamis.

Berbicara dalam seminar yang diselenggarakan Lasykar Ampera Arief Rachman Hakim, Ryamizard mengatakan, di samping masuknya skenario perang modern ke wilayah Indonesia, rakyat juga harus menyadari akan adanya ancaman serius yang datang baik dari luar maupun dalam negeri.

Menurut KSAD, hal yang paling mungkin mengenai ancaman serius tersebut adalah peluang mengenai terlepasnya kawasan berpotensi sumber daya alam seperti Aceh dan papua.

"Kemungkinan terlepasnya Aceh dan Papua sangat besar jika tak ditangani secara tepat saat ini," katanya. Menurut Ryamizard, penanganan Aceh dan Papua harus dilakukan secara terpadu agar menghindarkan kedua kawasan itu terlepas dari ikatan NKRI.

Mengenai skenario perang modern, Ryamizard mengatakan ada sejumlah tahapan perang modern yang perlu diketahui dan diantisipasi oleh semua komponen bangsa. "Hal-hal yang terkait dengan perang modern ini adalah adanya infiltrasi lewat jalur intern, militer, pendidikan, politik, media massa," katanya.

KSAD menambahkan, di samping itu juga ada eksploitasi dan adu domba lewat pembentukan opini , penciptaan sel-sel perlawanan hingga gelar provokasi.

Tahap perang modern berikutnya, menurut KSAD, adalah adanya kegiatan cuci otak dengan mengubah cara berfikir dan paradigma, mengubah nilai-nilai nasionalisme ke nilai-nilai asing yang anti-nasionalisme.

Setelah itu, menurut Ryamizard, tahap perang modern memasuki aksi penghancuran, pelemahan, dan penguasaan yang dilakukan melalui operasi intelijen hingga konfrontasi.

"Tahap terakhir adalah sasaran direbut dan dikuasai. Guna menghadapi perang modern itu, diperlukan wawasan kebangsaan atau nasionalisme yang kuat," katanya.

Dia mencontohkan negara kuat seperti Jepang, Vietnam, Cina, India dan Israel yang membangun diri mereka dengan tidak terlalu mempedulikan suara-suara pihak asing. "Apa yang dikatakan oleh pihak asing tidak berpengaruh terhadap mereka," kata KSAD.

Hal itu dikarenakan kondisi masyarakat dan bangsa tersebut sudah solid. "Bangsa Indonesia perlu belajar dari mereka. Pihak TNI AD sendiri dalam menghadapi perkembangan demikian harus kembali ke jati dirinya sebagai tentara rakyat, pejuang, nasional dan profesional," katanya.

TNI AD juga perlu meningkatkan kemampuan dirinya untuk membangun kekuatan menghadapi kemungkinan adanya perang konvensional maupun perang modern, demikian Ryamizard.


Sumber : Mediaindo.co.id

Selengkapnya...

Bentuk dari Perang Modern

Perubahan bentuk dari perang konvensional menjadi non konvensional dengan mengandalkan :

- Kekuatan Politik
- Kekuatan Ekonomi
- Kekuatan Sosial Budaya

Kekuatan militer tetap disiapkan untuk mengantisipasi bila cara non konvensional tidak berhasil

TUJUAN DARI PERANG MODERN
  • Mengeliminir kemampuan negara sasaran agar tidak menjadi suatu potensi ancaman
  • Melemahkan kemampuan negara sasaran sehingga semakin tergantung dan lebih mudah ditekan
  • Melemahkan kemampuan negara sasaran
  • Kemudian menguasai secara mutlak

TAHAP-TAHAP PERANG MODERN
  • Tahap I = Infiltrasi
  • Tahap II = Eksploitasi
  • Tahap III= Politik Adu Domba
  • Tahap IV = Cuci Otak
  • Tahap V = Invansi / pencapaian sasaran

A. Tahap Infiltrasi
  1. Intelijen
  2. Militer
  3. Pendidikan
  4. Ekonomi
  5. Ideologi
  6. Politik
  7. SOSBUD / Kultur dan Agama
  8. Bantuan-bantuan asing
  9. Kerjasama disemua bidang
  10. Media / Informasi
B. Hancurkan, Lemahkan dan Kuasai
  1. Intelijen
  2. TNI
  3. Ekonomi
  4. Politik
  5. Budaya
  6. Ideologi
Semuanya itu adalah titik berat kekuatan negara

C. Adu Domba
  1. Timbulkan kekacauan / kekerasan
  2. Timbulkan konflik horisontal (SARA)
  3. Timbulkan / bantu separatis adakan pemberontakan
  4. Timbulkan perang saudara
D. Ubah paradigma / pola cara berpikir terhadap wawasan negara atau wawasan nusantara

E. Sasaran direbut dan dikuasai, hingga pada akhirnya negara akan dalam keadaan terjajah

BENTUK-BENTUK KEGIATAN PERANG MODERN
  • Narkoba
  • VCD porno
  • Orang asing yang bekerja diindonesia
  • Dana bantuan untuk pondok, LSM dan lain-lain
  • Embargo ALUTSISTA
Cara untuk menghadapi dan memenangkan perang modern yang diusung asing adalah dengan cara menambah wawasan kebangsaan (cinta tanah air)dan menciptakan jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air oleh seluruh anak bangsa.

Selengkapnya...

Perang Modern

Definisi Perang modern adalah suatu bentuk perang yang dilakukan secara non militer dari negara maju / asing untuk menghancurkan suatu negara tertentu melalui bidang IPOLEKSOSBUDHAN (Ideologi Politik Sosial Budaya dan Pertahanan). Perang modern dapat pula dikatakan sebagai bentuk kontrol dari negara-negara koalisi global yang dimotori oleh negara besar terhadap negara lain yang tidak mengakomodasi kepentingan negara koalisi tersebut atau membahayakan negaranya.

Disadari ataupun tidak, ada negara "besar" bersama koalisinya yang sedang menggelar konsep perang modern di wilayah indonesia dengan tujuan memecah belah Negara kesatuan republik indonesia (NKRI)supaya lemah dan dapat dikuasai Sumber daya alamnya (SDA). Kebanyakan masyarakat indonesia tidak menyadarinya bahwa diri mereka saat ini sedang dijajah dan menjadi korban dari perang modern. Asing merubah konsepnya dari perang konvensional menjadi non konvensional (perang modern) karena harganya yang sangat murah meriah dan hasilnyapun sangat dahsyat hingga mampu merusak sendi-sendi kekuatan negara sasaran tersebut. Hal tersebut sangat berbahaya bagi keutuhan wilayah NKRI karena didalamnya telah hidup jutaan manusia yang berasal dari berbagai macam elemen suku, agama, ras dan budaya (SARA) sehingga sangat memungkinkan bagi asing untuk "bermain" didalamnya dan setiap kerusuhan bisa dipastikan adanya "domplengan" atau "tunggangan" dari pihak luar.

Pemberontakan di Aceh (GAM), RMS (Maluku) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebagian kecil contoh dari adanya perang modern. Lantas dari mana mereka dapat pasokan dana dan senjata? mereka timbul karena adanya sifat tidak puas terhadap pemerintah kemudian mereka protes dan tanpa disadari kegiatan mereka telah ditunggangi dan mendapatkan dorongan dari pihak luar untuk melakukan suatu pemberontakan dan perlawanan bersenjata kepada pemerintah. Asing hanya membiayai dan menyediakan segala keperluannya sedangkan pelakunya adalah mereka yang tidak puas terhadap pemerintah. Dana yang mereka dapatkan biasanya disalurkan melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dibiayai oleh asing dengan kedok sumbangan atau donatur.

Invasi negara besar yang di motori oleh Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara timur tengah (Irak)dengan dalih mencari senjata pemusnah massal dan terorisme adalah salah satu contoh dari di gelarnya konsep perang modern. Mereka memiliki kepentingan tetapi tidak bisa menguasai ataupun mengontrol negara sasaran, sehingga perlu untuk digelar perang modern di ditimur tengah dan menggulingkan pemerintahannya untuk kemudian diganti dengan pemerintahan baru yang pro AS. Sehingga AS bisa lebih mudah untuk mengontrol negara bentukannya tersebut sesuai dengan keinginan mereka.

Selengkapnya...

25 Jan 2010

Kamis, 54 Elemen Massa Akan Berunjuk Rasa

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 54 elemen massa yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Bersih akan melakukan aksi damai di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/1/2010), bertepatan dengan 100 hari berjalannya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Sekjen DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ton Abdillah Has di Jakarta, Selasa (26/1/2010), mengatakan, aksi massa tersebut setidaknya akan dihadiri sekitar 10.000 aktivis mahasiswa, pemuda, LSM, dan tokoh intelektual maupun agama.

"Aksi ini merupakan bentuk keprihatinan atas jalannya pemerintahan sekarang yang kami nilai belum memuaskan rakyat," ujarnya.

Sebagai salah satu penggagas Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Ton Abdillah Has atas nama IMM menyatakan pula, aksi damai itu merupakan ekspresi kekecewaan terhadap pemerintahan sekarang.

"GIB menyerukan, seluruh eksponen bangsa yang peduli terhadap kondisi bangsa sekarang ini untuk bersama-sama turun ke jalan menyatakan sikapnya di seluruh Indonesia," tandasnya.

Ton Abdillah Has mengatakan, penilaian masyarakat terhadap pemerintahan saat ini antara lain terkait dengan persoalan upaya kriminalisasi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu, kasus dana talangan (bail out) Bank Century, serta pemberlakuan Perjanjian Perdagangan Bebas RI-China sejak 1 Januari 2010 yang dinilai merugikan Indonesia.

Karena itu, menurut Ton Abdillah, dalam 100 hari, pemerintah dinilai belum bisa menjawab beberapa persoalan bangsa yang mendesak, seperti kemiskinan, pengangguran, jaminan kesehatan, pendidikan berkualitas, dan keadilan hukum untuk rakyat.

Atas pertimbangan obyektif itulah, ujar Ton Abdillah Has, 54 elemen rakyat yang tergabung dalam GIB akan menggelar aksi damai di depan Istana Merdeka pada 28 Januari.

Hal senada diungkapkan secara terpisah oleh Ketua Komite Rakyat Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Muhammad Item.

"Kami tidak mengandalkan pada kuantitas massa, tapi lebih tertuju pada pengerahan kader serta aktivis agar rakyat bisa dengan tenang tetap menjalankan aktivitas kesehariannya membangun kehidupannya yang semakin terpuruk oleh berbagai kebijakan yang semakin membebani mereka," kata Muhammad Item.

Sumber : Kompas
Selengkapnya...